Archive for category Entrepreneurship

Book Review: The Architecture of Innovation

SONY DSC

Merancang Model Inovasi Organisasi Kreatif

Judul                   : The Architecture of Innovation: The Economics of Creative Organizations

Penulis                : Josh Lerner

Penerbit             : Harvard Business Review Press (4 September 2012)

Peresensi           : Yudo Anggoro, Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung

Apakah yang menjadi perbedaan pola inovasi di Motorola dan Skype? Motorola lama dikenal sebagai perusahaan inovatif yang memiliki berbagai macam hak paten. Karyawan Motorola yang berhasil menghasilkan paten akan diganjar dengan insentif finansial bernilai ribuan dolar. Sebagai akibatnya, karyawan Motorola semakin termotivasi untuk melakukan riset intensif yang menghasilkan berbagai produk paten yang inovatif. Berbagai paten yang dihasilkan oleh Motorola inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Google memutuskan untuk mengakuisisi Motorola Mobility, bisnis seluler Motorola, pada Agustus 2011 lalu. Model inovasi Motorola yang mengandalkan proses riset dan pengembangan ini dikenal sebagai model inovasi tradisional.

Model inovasi yang kedua ditunjukkan oleh Skype. Sebelum mendirikan Skype di tahun 2002, Niklas Zennstrom dan Janus Friis tengah berusaha bangkit setelah situs berbagi MP3 milik mereka, Kazaa, hancur lebur digugat para pemain besar di industri musik. Di tengah keterpurukan inilah itulah mereka menemukan ide berkomunikasi melalui komputer yang terhubung oleh jaringan internet. Berkat bantuan modal ventura dari Draper Investment, Skype berkembang besar hingga mencapai 75 juta pengguna. Di tahun 2005, Skype diakuisisi oleh eBay senilai 2.6 milyar dolar. Model inovasi yang dilakukan oleh Skype ini dikenal sebagai model inovasi ventura.

Proses inovasi yang diterapkan di berbagai organisasi di dunia pada umumnya menempuh salah satu dari kedua proses inovasi di atas; mengembangkan riset yang disertai pemberian insentif cara Motorola, atau mengandalkan bantuan pemodal ventura ala Skype. Namun, jarang kita jumpai ada organisasi inovatif yang mampu menggabungkan pola inovasi yang diterapkan kedua organisasi tersebut. Melalui buku ini, Josh Lerner, profesor inovasi di sekolah bisnis Harvard, menawarkan model inovasi hibrida berupa pemberian insentif pada proses riset di dalam organisasi yang disertai dengan dukungan kuat pemodal ventura. Terdengar mudah diucapkan, namun sangat sulit untuk diterapkan.

Untuk menjelaskan model inovasi hibrida yang ditawarkannya, Lerner membagi buku ini ke dalam tiga bagian. Bagian pertama memaparkan model inovasi tradisional yang mengutamakan pentingnya proses riset dan pengembangan di dalam industri. Di sini diuraikan bahwa proses riset yang dilakukan oleh industri bahkan telah jauh dimulai sejak abad ke-17 di Amerika Serikat. Pada pertengahan abad 20, penyandang dana terbesar dari aktivitas riset ini adalah pemerintah pusat, dengan fokus riset pada industri pertahanan dan antariksa. Seiring dengan meningkatnya peran industri farmasi dan teknologi informasi di awal tahun 1980-an, maka pihak industri mengambil alih sebagian besar porsi pembiayaan bagi kegiatan riset yang mereka lakukan. Hingga kini, empat dari lima perusahaan teraktif dalam melakukan riset adalah perusahaan farmasi (Roche, Novartis, Pfizer, dan Merck), sementara perusahaan teknologi informasi (Microsoft), otomotof, dan elektronik ada di posisi 25 besar.

Lerner juga menyoroti bergesernya pola riset yang dilakukan industri di masa kini. Ketika industri di pertengahan abad 20 melakukan riset secara terpusat di dalam laboratorium yang mereka miliki, maka industri saat ini lebih memilih pola riset kolaboratif dengan pihak di luar organisasi. Riset kolaboratif ini dipilih karena aktivitas riset menghabiskan dana luar biasa besar jika dikerjakan sendiri di dalam laboratorium milik industri. Ini ditunjukkan misalnya oleh Netflix, situs penyedia film, ketika di tahun 2006 menawarkan hadiah 1 juta dolar bagi tim yang dapat memperbaiki algoritma sistem pemberi rekomendasi film yang mereka miliki. Netflix juga mensyaratkan para peserta untuk mempublikasikan teknik algoritma mereka sehingga setiap orang dapat belajar bersama. Pola kolaborasi ini selain menguntungkan industri dengan riset yang dihasilkan, juga menguntungkan komunitas dengan ilmu yang dapat dipelajari.

Satu hal yang mesti diperhatikan di model inovasi tradisional ini adalah pemberian insentif bagi anggota organisasi yang berhasil menghasilkan karya inovatif. Namun di sini juga masih marak diperdebatkan bagaimana sebaiknya pola pemberian insentif yang memotivasi orang untuk berinovasi. Apakah dalam bentuk uang atau penghargaan lainnya? Lalu berapa besar sebaiknya insentif tersebut? Di sini Lerner mengutip pendapat koleganya di Harvard, Teresa Amabile, yang memperkenalkan konsep Intrinsic Motivation Principle of Creativity. Menurut Amabile, orang akan semakin kreatif ketika termotivasi oleh tantangan yang dimiliki oleh masalah yang sedang dihadapi, dan bukan oleh pengaruh dari luar. Artinya? Penghargaan financial yang berlebihan justru mematikan kreativitas.

Bagian kedua buku ini membahas model inovasi ventura. Bagi perusahaan pemula, mencari alternatif pendanaan dari pemodal ventura tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri. Di sisi lain, bagi pemodal ventura, mencari sebuah proyek baru yang menguntungkan untuk didanai tentu juga bukan sebuah perkara mudah. Model bisnis pemodal ventura sendiri mulai berkembang di AS sejak pertengahan abad 20. Draper, Gaither, & Anderson (DGA) misalnya, perusahaan investasi yang berdiri sejak tahun 1958 di Silicon Valley ini adalah yang pertama kali menerapkan model limited partnership yang kini menjadi standar model bisnis pemodal ventura. Di model ini, pemodal ventura mengumpulkan modal dari para partnernya di muka, dan sebagai imbalannya para partner akan menerima 40 persen dari capital gain (halaman 70). Meskipun menjadi banyak rujukan pemodal ventura lainnya, namun model limited partnership ini juga rentan terhadap perubahan trend investasi yang tengan berlangsung.

Karena berbagai kelemahan yang ada di dua model inovasi sebelumnya, maka Lerner menawarkan model inovasi hibrida di bagian tiga buku ini. Model hibrida yang ditawarkan ada dalam bentuk korporasi ventura, di mana perusahaan membentuk sebuah unit modal ventura di dalam perusahaan. Tujuannya selain untuk mendatangkan modal juga untuk melakukan kolaborasi dengan pihak di luar perusahaan. Ini misalnya ditunjukkan oleh Intel yang membentuk Intel Capital di tahun 1998. Intel berkeyakinan bahwa investasi mereka di berbagai perusahaan (termasuk kompetitor) yang juga mengembangkan teknologi semikonduktor akan memberi keuntungan bagi produk semikonduktor yang mereka buat. Dengan model korporasi ventura ini maka perusahaan dapat merespon perubahan lingkungan dengan cepat, memanfaatkan modal dari luar perusahaan, hingga memiliki fleksibilitas pilihan proyek yang lebih baik. Lerner juga menemukan bahwa perusahaan yang didukung oleh korporasi ventura akan memiliki produktivitas hak paten yang lebih baik.

Satu hal yang menjadi keniscayaan dalam membangun sistem inovasi adalah dukungan dari pemerintah. Dukungan pemerintah melalui kebijakannya diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang merangsang tumbuhnya perusahaan inovatif. Kebijakan tersebut antara lain adalah memperbaiki kebijakan fiskal bagi entrepreneur, mempermudah proses pemberian modal kepada perusahaan pemula, hingga memanfaatkan berbagai penelitian yang dilakukan perguruan tinggi. Model inovasi hibrida yang didukung oleh kebijakan yang tepat dari pemerintah akan semakin menyempurnakan desain arsitektur inovasi yang dirancang oleh organisasi.

, , , ,

3 Comments