Posts Tagged Komunitas

Book Review: Screw Business as Usual

 

Business as Usual is not Working!

Judul                    : Screw Business As Usual

Penulis                 : Sir Richard Branson

Penerbit               : Portfolio (8 Desember 2011)

Tebal                    : 384 Halaman

ISBN                     : 978-1591844341

Harga                    $ 26.95

Peresensi            : Yudo Anggoro, People and Knowledge Management, SBM ITB

Urakan, eksentrik, sekaligus jenius. Tiga kata itu mungkin dapat menggambarkan sosok Sir Richard Branson, salah seorang tokoh yang sangat dihormati di kalangan pebisnis global. Dalam buku terbarunya ini Branson, pemilik kerajaan bisnis Virgin Group, berusaha merubah paradigma lama dalam dunia bisnis yang menyatakan bahwa keuntungan dan modal adalah segala-galanya. Branson menyerukan bahwa saatnya telah tiba untuk menyeleraskan pentingnya kapital dalam bisnis dengan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan. Bagi Branson saat ini, Business as usual is not working!

Pesan Branson sangat jelas, bisnis yang mendewakan keuntungan justru lebih banyak membawa bencana. Sebut saja polusi, kerusakan lingkungan, serta semakin lebarnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin; semuanya secara langsung ataupun tidak langsung merupakan akibat dari nafsu pebisnis dalam meraih keuntungan sebesar-besarnya. Solusi yang ditawarkan oleh Branson juga tidak jauh-jauh dari dunia bisnis yang digelutinya selama ini. Solusi tersebut adalah dengan menjalankan bisnis yang baik dan beretika sehingga mampu membawa kemakmuran bagi banyak orang. Satu hal yang selama ini dipercaya Branson dalam menjalankan bisnisnya adalah bahwa bisnis ditakdirkan untuk membawa kebaikan dan karena itu dia selalu berkata, do good, have fun, and the money will come.

Tentang bagaimana caranya bersenang-senang (have fun) dan menikmati kehidupan, Branson memang pakarnya, tentu saja dengan caranya yang unik dan sedikit “gila”. Bayangkan saja, ia pernah berlayar solo melintasi samudra Atlantik, terbang sendirian melintasi samudra Pasifik dengan balon udara, ataupun meluncurkan program space tourism di bawah bendera Virgin Galactic. Lebih kontroversial lagi, pada April Mop 2011 lalu, Branson mengumumkan telah membeli Pluto, tentu saja bukan Pluto yang ada di serial kartun, namun Pluto si planet kerdil itu. Terlepas dari keabsahan berita tersebut, sosok Branson memang tidak bisa dilepaskan dari kontroversi yang selalu mengiringinya.

Namun justru dengan pemikirannya yang kontroversial namun inovatif tersebut Branson ingin merevolusi wajah dunia bisnis global menjadi lebih manusiawi dan membawa kebaikan. Ketika teknologi membuat jarak dan waktu menjadi semakin dekat, maka bisnis yang membawa pesan kepedulianlah yang akan menjadi masa depan dunia. Ada banyak istilah untuk bisnis model ini, misalnya Social Etrepreneurship, Capitalism 2.0 ataupun Philanthrocapitalism. Seperti biasa, Branson memiliki istilah versinya sendiri, yaitu Capitalism 24902. Memang terdengar seperti serial Beverly Hills 90210 yang terkenal itu, namun angka 24902 di sini mengacu pada jarak keliling bumi dalam mil. Pesannyapun cukup sederhana, setiap pebisnis di seluruh dunia ini (di dalam 24.902 mil keliling bumi) memiliki tanggung jawab yang sama untuk memberdayakan lingkungan sosial di tempat ia berada. Branson beralasan bahwa pebisnis merupakan aktor yang tepat dalam melakukan pemberdayaan sosial karena siapa lagi yang paling jeli melihat peluang selain kaum entrepreneur?

Menyadari vitalnya peran entrepreneur dalam pemberdayaan global, maka Branson turun langsung mendirikan beberapa pusat pelatihan entrepreneur di berbagai tempat yang tidak terlalu popular di dunia, misalnya Branson Center of Entrepreneurship in South Africa dan juga yang segera dibuka adalah Branson Center of Entrepreneurship in Caribbean. Melalui pusat-pusat pelatihan inilah Branson melakukan berbagai business pitching, menjaring pengusaha-pengusaha muda setempat yang memiliki komitmen tinggi dalam mengembangkan masyarakat lokal disekitarnya. Branson juga mengajak beberapa pebisnis ternama yang juga menyadari pentingnya social entrepreneurship. Sebagai contoh, Branson banyak berdiskusi dengan Jeff Skoll,  Presiden Ebay pertama, yang kini mendirikan Skoll Foundation dan Participant Media, dua buah social entrepreneurship terkemuka yang banyak bergerak di bidang media sosial yang memberikan pendidikan bagi masyarakat luas.

Di bagian terakhir buku ini, Branson banyak mengulas tentang pentingnya kekuatan komunitas. Perubahan paradigma dalam dunia bisnis yang ingin diupayakan oleh Branson mustahil tercapai tanpa peran komunitas. Sepanjang sejarah manusia, komunitas yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil masyarakat yang memiliki kesamaan visi merupakan bahan bakar perubahan dimanapun di seluruh dunia. Secara masif, komunitas berhasil menggerakkan sebuah perubahan besar dalam menghapus politik Apartheid di Afrika Selatan dan Amerika. Karena itu, untuk sebuah tujuan yang mulia, maka entitas bisnis dan komunitas tidaklah mustahil untuk melakukan sebuah sinergi. Misalnya, Anita Roddick dengan Body Shop-nya berhasil mengajak konsumennya untuk berbagi visi tentang lingkungan dan dunia yang lebih baik. Jangan juga lupakan peran Howard Schultz dan Starbucks yang berupaya memberdayakan komunitas petani kopi setempat dalam memasok biji kopi pilihan untuk berbagai gerai Starbucks  di seluruh dunia.

Jika kita menelaah buku ini lebih dalam, maka kekurangan buku ini sangat nyata terlihat pada alur pemikiran Branson yang tidak runtut dan cenderung melompat dari satu gagasan ke gagasan lainnya. Bagi kalangan akademisi maupun yang terbiasa membaca buku-buku bisnis karya profesor bisnis terkemuka yang cenderung terstruktur dengan baik dan dilengkapi berbagai data, maka hal ini dapat menjadi kekurangan yang cukup mengganggu kenyamanan membaca. Namun sekali lagi, jika melihat pribadi Branson yang bebas, urakan, dan tak terduga, maka kelemahan ini sudah dapat diduga dan cukup dimengerti. Ide besar Branson-lah yang lebih baik dicermati dibandingkan dengan kekurangan tersebut.

Sisi positifnya, dengan membaca buku ini akan membuat kita semakin menyadari pentingnya berbuat baik dan etis dalam dunia bisnis. Etika dalam berbisnis kerap dilupakan saat ini dan tergerus oleh keinginan untuk mendapatkan hasil yang instan. Berbuat baik dalam dunia bisnis versi Branson selalu  memandang positif potensi yang dimiliki oleh setiap orang, dan potensi tersebut akan memiliki daya yang luar biasa ketika diarahkan dengan baik. Sebuah kata-kata yang cukup bijak dari Branson di buku ini, people are basically good, and if you can give the opportunity to do the right thing, they will.

, , , ,

Leave a comment