Posts Tagged Clinton

Book Review: Take The Lead

Meraih Inspirasi Kepemimpinan

Judul                     : Take The Lead: Motivate, Inspire, and Bring Out the Best in Yourself  and Everyone Around You

Penulis                 : Betsy Myers

Penerbit              : Atria Books (3 September 2011)

Tebal                     : 256 Halaman

ISBN                      : 978-1439160671

Harga                    : $ 25

Peresensi            : Yudo Anggoro, People and Knowledge Management SBM ITB

Sering kita mendapati ada beberapa pemimpin begitu memberi inspirasi dan memotivasi kita dalam mengeluarkan kemampuan terbaik yang kita  miliki, sementara sebagian lainnya justru meruntuhkan semangat dan keberanian kita untuk berbuat sesuatu. Lalu, mengapa beberapa organisasi selalu terpilih menjadi tempat bekerja terbaik sementara organisasi lainnya terus mendapatkan predikat yang buruk? Mengapa ada guru  yang begitu dicintai murid-muridnya sementara guru yang lain justru dibenci dan dijauhi? Berbagai pertanyaan itulah yang menjadi alasan ditulisnya buku ini.

Betsy Myers, penulis buku ini, adalah penasihat senior dari dua Presiden Amerika Serikat (AS), Bill Clinton dan Barack Obama. Myers juga pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif di Harvard Center for Public Leadership sebelum bergabung dengan tim kampanye Presiden Barack Obama di tahun 2007 lalu sebagai Chief Operating Officer. Dari berbagai pengalamannya yang beragam inilah Myers menyaksikan secara langsung bagaimana peran kepemimpinan; mulai dari ruang oval di gedung putih, lingkungan akademis di institusi pendidikan nomor satu di dunia, hingga di dunia bisnis. Hasil observasi Myers menunjukkan bahwa kepemimpinan yang sesungguhnya tidak dihasilkan secara instan begitu kita lahir. Kepemimpinan dibentuk dan ditempa dari bagaimana kita berhubungan dan memperlakukan orang-orang di sekitar kita. Karena itulah setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk mengambil inisiatif untuk memimpin (take the lead).

Ketika teknologi informasi saat ini membuat perubahan berlangsung degan begitu cepat, serta struktur sosial masyarakat berubah menjadi lebih cair dan dinamis, maka dibutuhkan jenis kepemimpinan baru yang tidak lagi berdasarkan kontrol dan komando. Seiring dengan perkembangan jaman, kini orang mengharapkan memiliki hidup yang bermakna dan berkontribusi positif. Karena itu, dibutuhkan jenis kepemimpinan baru yang berlandaskan pada keterbukaan, lebih banyak mendengar, serta menghargai hubungan antar manusia. Dimanapun di dunia saat ini, orang ingin lebih banyak didengar.

Bagaimana jenis kepemimpinan baru ini bekerja? Myers mengungkapkan tujuh buah prinsip yang mampu mengeluarkan energi positif baik dari sang pemimpin maupun orang-orang di sekelilingnya. Ketujuh prinsip kepemimpinan itu adalah otentik (authenticity), koneksi (connection), penghargaan (respect), kejelasan (clarity), kolaborasi (collaboration), proses belajar (learning), dan keberanian (courage).

Menjadi diri sendiri, otentik, dan tidak menjadi peniru orang lain adalah prinsip yang pertama. Dari berbagai literatur kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa tidak pernah ada sosok pemimpin yang ideal ataupun sempurna, yang ada hanyalah sosok pemimpin yang nyata, lengkap dengan segala kekurangannya sebagai manusia. Obama bukanlah sosok pemimpin yang sempurna, namun ia selalu tampil wajar sebagai dirinya sendiri dan terus memancarkan energi positif ke orang-orang di sekelilingnya. Sebuah cerita lain datang dari John McCain, kandidat presiden AS dari partai republik yang dikalahkan Obama di pemilu tahun 2008. McCain sendiri dikenal sebagai sosok yang otentik, namun ia mulai terlihat menjadi sosok yang lain, menjadi lebih kaku dan artifisial, ketika secara resmi terpilih sebagai kandidat presiden. Di titik inilah ia mulai kehilangan kepercayaan sebagai pemimpin.

Prinsip kepemimpinan yang kedua berkaitan erat dengan bagaimana membangun koneksi dan keterikatan (engagement) dengan semua orang di dalam organisasi. Di era maraknya media sosial saat ini, Myers mengingatkan pentingnya pemanfaatan media sosial yang mendorong lebih banyak interaksi face-to-face dibandingkan dengan interaksi dunia maya yang artificial. Prinsip ketiga adalah penghargaan, dimana Myers menekankan pentingnya kemampuan mendengarkan bagi pemimpin. Hal ini dicontohkan dengan sempurna oleh Presiden ke-42 AS, Bill Clinton. Sejak muda Clinton dikenal sebagai pendengar yang mengagumkan. Ketika memasuki sebuah kelompok yang baru ditemuinya, Clinton akan lebih banyak mendengar, kemudian setelah merasa cukup berbaur, ia akan mulai mengambil inisiatif untuk berbicara, memotivasi, dan memimpin. Satu lagi, Clinton juga adalah pengingat yang baik, ia mengingat setiap detil percakapan yang telah dilakukannya, juga setiap nama orang yang pernah ditemuinya.

Prinsip keempat adalah kejelasan, dimana pemimpin dituntut untuk memahami visi organisasi, serta mampu menyampaikan visi tersebut secara jelas kepada seluruh fungsi organisasi. Prinsip kelima, kolaborasi, merupakan topik yang sedang hangat diperbincangkan di ranah manajemen lima tahun terakhir. Larry Summers, mantan Menteri Keuangan AS dan juga mantan Presiden Universitas Harvard, merupakan salah satu contoh pemimpin yang cerdas dalam berkolaborasi. Sebagai presiden di Universitas Harvard, tentu tidak mudah memimpin para professor yang terkenal super cerdas sekaligus arogan tersebut. Maka, Larry lebih memilih pendekatan kolaborasi yang bertujuan membangun konsensus sebagai gaya kepemimpinannya, dan itu berhasil dengan sukses.

Prinsip keenam adalah selalu belajar. Salah satu faktor kunci dalam memimpin menurut Warren Bennis, pakar kepemimpinan terkemuka, adalah selalu mengasah rasa ingin tahu, sehingga dengan demikian seorang pemimpin tidak pernah berhenti belajar dalam hidupnya. Dalam proses belajar ini, pemimpin juga sekaligus berperan sebagai mentor yang selalu memberikan bimbingan dan arahan bagi para bawahannya untuk juga selalu belajar. Prinsip terakhir adalah keberanian, dimana seorang pemimpin dituntut untuk dapat mengatasi segenap ketakutannya untuk melakukan apa yang ia anggap benar. Ketika memutuskan maju dalam pemilihan presiden AS di awal tahun 2007, hanya sedikit orang yang mengenal Obama. Tidak sedikit pihak yang mencibir sosok Obama yang mewakili kaum minoritas di AS. Hasil jajak pendapat awal juga selalu menempatkannya di belakang Hillary Clinton yang begitu populer. Semua itu tidak menghalangi Obama untuk terus maju melawan cemoohan orang hingga ia memenangi pecalonan resmi presiden dari Partai Demokrat, dan akhirnya Presiden AS di tahun 2008. Obama mampu melawan ketakutannya sendiri untuk meraih apa yang ia anggap benar.

Satu kesimpulan menarik di buku ini adalah mengenai semakin kuatnya peran perempuan dalam kepemimpinan. Alasannya adalah karena perempuan cenderung lebih dinamis dalam memimpin, serta mengutamakan pendekatan kolaboratif yang berpusat pada keterbukaan, kerjasama, dan hubungan harmonis dengan berbagai pihak yang memiliki perbedaan pandangan. Kepemimpinan jenis inilah yang akan menimbulkan keterikatan antara pemimpin dengan bawahannya.

Kekuatan buku ini dibandingkan dengan buku-buku kepemimpinan lainnya adalah fokusnya pada pentingnya memimpin dengan kekuatan perasaan. Pemikiran yang kritis, kemampuan memberikan penilaian, dan pengambilan keputusan yang cepat memang dibutuhkan dari seorang pemimpin, namun kecerdasan emosi berupa kontrol diri yang disertai dengan kemampuan bersosialisasi lebih penting dalam mengambil inisiatif kepemimpinan.

Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang menarik dan mudah dimengerti. Dengan cerita yang mengalir lancar dalam mengisahkan berbagai kisah kepemimpinan, maka tak heran jika buku ini terpilih sebagai salah satu dari 10 besar buku bisnis dan kepemimpinan terbaik di tahun 2011 lalu versi Washington Post, salah satu surat kabar berpengaruh di AS.

(Published in MBA ITB Business Review, May 2012)

, , , , , ,

Leave a comment